Belajar berlogika dari sang empunya sociopolitica

Dunia maya adalah sekolah luar biasa, apapun kita bisa belajar disini. Banyak fasilitas yang ditawarkan dari dunia maya, hanya saja fasilitas yang paling saya minati di dunia maya sekarang ini adalah fasilitas pembelajaran. Sepertinya tanpa sekolah ataupun kuliah, kita bisa belajar dengan hadirnya internet yang telah membuka cakrawala pengetahuan tanpa batas, jendela informasi dalam ruang yang tak terbatas. Kita menemukan pemikiran-pemikiran yang bernas dari siapapun uploader ataupun dari para narablog dan dengan gampangnya kita baca, telaah dan kaji. Banyak hal yang berarti dalam memenuhi ruang aqli yang haus ilmi.

Salah satu media pembelajaran yang mudah ditemui di dunia maya adalah blog-blog yang diisi oleh tulisan-tulisan cerdas berkualitas yang datang dari para pemikir, penulis, wartawan, ideolog, bahkan para aktivis politik yang dengan kegigihannya menyebarkan ide-ide pemikiran yang segar untuk ditawarkan ke khalayak pembaca. Dengan blog saya berkenalan dengan tulisan-tulisan Pak Umar Said dan Pak Ibrahim Isa yang ada disebrang sana, dengan blog saya bisa belajar sejarah dari Pak Irhash A Shamad, Pak Suryadi dan Pak Rushdi Husein, bahkan dengan blog yang bisa berpikir nakal ala“tukang ngarang” dan bersetubuh pemikiran dengan mas itempoeti, belajar menyampaikan pemikiran yang santun ‘ala nBasis’ dan banyak blogger-blogger handal lainnya. Dari blog-blog mereka saya bebas mengobok-obok seluruh tulisannya, menggali informasi, mencerna gagasannya dan berkometar “hatur tararengkyu” 😉  .

Setelah blog Intelijen Indonesia yang habis diobok-obok semua isinya dua tahun lalu, inilah kesempatan saya untuk mengobok-obok blog yang saya temukan baru beberapa bulan yang lalu. Tulisan-tulisan yang mencerahkan dari seorang saksi sejarah tahun 70-an, seorang yang saya yakin usianya sudah tak muda lagi tetapi terus berkarya meng-update blognya setiap saat yang sangat berharga bagi generasi muda sekarang ini. Saya seperti sedang menghadiri sebuah kuliah umum tentang segala persoalan bangsa yang dikupas dengan cerdas berkualitas.  Pemilik blog ini menyapa dengan nama Pak Rum Aly.

Siapa Rum Aly?

Host: Rum Aly. Penulis buku Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter, Penerbit Buku Kompas, 2004; Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966, Kata Hasta Pustaka, 2006. Editor (bersama Dr OC Kaligis) buku Symptom Politik 1965, Kata Hasta Pustaka, 2007. Mitra penulisan bagi Dr Midian Sirait, Revitalisasi Pancasila, Kata Hasta Pustaka, 2008. Editor buku Ir Effendi Siradjuddin, Memerangi Sindrom Negara Gagal, Kata Hasta Pustaka, 2009. Aktivis pers 1967-1974, Pemimpin Redaksi Mingguan Mahasiswa Indonesia, Bandung (1971-1974) yang dibreidel Januari 1974 pasca Peristiwa 15 Januari. Menjadi tim analisa bagi sejumlah institusi selama beberapa tahun. Sang empu dari blog sociopolitica mengenalkan diri di halaman About. Sebuah Blog yang membuat saya betah berlama-lama membaca tulisan demi tulisan tiap ada kesempatan berselancar di dunia maya.

Mencoba menelusuri jejak beliau di dunia maya, akhirnya kutemukan beberapa penggalan cerita beliau :

Saya, Rum Aly, baru bergabung ke anging mamiri hari ini (20 Nov 2009). Kelahiran Makassar 1947, mungkin terlalu senior dalam usia, tetapi junior sebagai blogger. Semoga usia tak menjadi halangan. Meninggalkan Makassar akhir 1966, untuk melanjutkan ke perguruan tinggi di Bandung. Selama masa mahasiswa menjadi aktivis pers. Menulis beberapa buku, antara lain: Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter (Penerbit Buku Kompas, 2004), Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966 (Kata Hasta Pustaka, 2006), Simtom Politik 1965, PKI dalam Perspektif Pembalasan dan Pengampunan (Kata Hasta Pustaka, 2007, editor bersama Dr OC Kaligis), dan menjadi mitra penulis/editor bagi beberapa buku lainnya. Kunjungan terbaru ke Makassar, 9-10 Nopember 2009, untuk berbicara dalam Seminar Pers Mahasiswa se-Indonesia di Universita Hasanuddin..
(catatan ini saya temukan di sebual mail arsip milis blogger Makasar)

Rum Aly, tokoh pers mahasiswa tahun 60-70-an, yang juga mantan pemimpin redaksi Koran Mahasiswa Indonesia, salah satu media mahasiswa yang terbit secara nasional dan diakui kekritisannya terhadap kondisi politik yang belum stabil saat itu. Rum Aly memberikan sharing mengenai sejarah pers mahasiswa semenjak awal mulai tumbuh, tahun 1960an hingga tahun 1980an. Rum Aly banyak memberikan masukan mengenai esensi dari pers mahasiswa yang tidak terlepas dari pergerakan mahasiswa. Pers mahasiswa pada masa 1960-1980 menjadi media perjuangan bagi para aktivis mahasiswa. Tidak hanya itu, Rum Aly juga memberikan banyak masukan dan kritikan tentang bagaimana pers mahasiswa sekarang hidup dan berjuang. (ref)

SOCIOPOLITICA: DARI KEBENARAN DATANG KEADILAN

Sebagai saksi sejarah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di tahun 60-an masa pemerintahan Soekarno dan masa transisi dari Orla ke Orba serta peristiwa tahun 70-an masa pemerintahan Soeharto, jejak-jejak peristiwa “kebenaran” dikupas sangat bernas oleh Pak Rum Aly demi sebuah harapan untuk “mendatangkan keadilan”. “Perjuangan paling penting yang belum terselesaikan adalah masalah penegakan kebenaran dan keadilan yang kini sudah porak poranda terjungkir balik, agar kita bisa mencapai mimpi nan belum kunjung terdekati hingga kini, keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia” (lihat).

Saya menangkap ada banyak kegalauan yang dirasakan oleh mantan  aktivis mahasiswa tahun 70-an ini, kegalauan yang melahirkan gagasan-gagasan sosilogis dan politis yang menjadi bahan pemikiran anak negeri abad kini.  Beliau menyajikan sebuah “Referensi untuk pemikiran dan gagasan sosial-politik. Menggali perspektif dari latar belakang sejarah sosial-politik-kekuasaan Indonesia dari masa ke masa” .

Saya mencuplik suatu kekhawatiran terhadap kaum intelektual dari tulisan Pak Rum Aly : “Kehidupan politik dan kekuasaan sebagai bagian dari kegagalan sosiologis Indonesia, belum juga berada dalam suatu situasi ideal. Peranan kaum intelektual, akan selalu diperlukan dalam situasi yang menyimpang. Meskipun, pada sisi lain harus juga diakui adanya gejala intellectual prostitution akibat erosi mental karena situasi sosiologis yang sakit dan kuatnya godaan kenikmatan kekuasaan dan hedonisme di masa tak menentu ini. Dalam suatu situasi antusiasme yang berlebihan ketika menjadi partisan, seperti yang tampak di tahun 2009 ini, kaum intelektual (tua maupun muda) kembali bisa tergelincir ke dunia prostitusi jenis khusus ini. Persaingan keras secara internal untuk mendapat posisi ‘lingkaran dalam’ di seputar tokoh puncak (atau kandidat tokoh puncak) kekuasaan, menjadi salah satu faktor pendorong bagi terjadinya aksi ‘antusiasme’ berlebihan itu. (lihat)

Kegalauan yang lain dari Pak Rum Aly adalah tentang Press Indonesia, beliau menulis “ “Kehadiran media pers yang ditangani kalangan cerdas dan berwawasan intelektual, dibutuhkan untuk menyampaikan gagasan dan kontribusi pemikiran untuk dilontarkan ke tengah masyarakat sebagai bagian dari upaya penyembuhan kesakitan sosiologis yang sedang mendera bangsa ini. Bukan sebaliknya, demi rating dan hasrat komersial, tak segan-segan mengeksploitasi situasi kesakitan sosiologis yang ada di tengah masyarakat”. (lihat)

SEJARAH MASIH BELUM BERUBAH….. suara kebenaran terdengar sayup-sayup tersalip gelombang pragmatis kaum elitis pengagum betis, Semoga Pak Rum Aly diberi kesehatan dan panjang usia untuk tetep menyuarakan KEBENARAN hingga datang KEADILAN.

Salam hatur tararengkyu 😉

14 Komentar

  1. romailprincipe berkata:

    sempet beberapa kali mampir ke sana…
    berita tentang sejarah indonesia..

    —————-
    Kopral Cepot : Iya … sy lihat jejaknya 😉 … btw kupasannya menarik buat dikaji

  2. 'nBASIS berkata:

    Rum Aly. Bukunya yang dibahas disini saya saya dapatkan sebagai hadiah dari teman Rum Aly, Chairuman Harahap, beberapa waktu lalu. Mengikuti kekhawatirannya terhadap ilmuan, terutama ilmuan sosial, amat menarik. Beralasan memang. Sulit sekali membantah tuduhan ilmuan sosial selalu berusaha membangun paradigma yang membangun “pengabdian” kepada kekuasaan.

  3. Kakaakin berkata:

    Semoga yang jungkir balik kembali bisa diluruskan 🙂

  4. Just Revolution berkata:

    hatur tararengkyu Kopral atas pencerahannya…

    1. kopral cepot berkata:

      Tararengkyu too 😉

      1. Usup Supriyadi berkata:

        ngiringan haturtararengkyuh 😉

  5. udienroy berkata:

    Wah diriku malah gak kefikiran untuk hal ini. Hmm kayaknya memang oke juga nih ya? Dunia manya bak lautan ilmu yang siap di timba. Hehe kira-kira begitulah 😀

  6. achoey berkata:

    kau memiliki kemampuan menganalisis sejarah juga 🙂

  7. sociopolitica berkata:

    Terima kasih untuk apresiasi anda terhadap sociopolitica. Tujuan penulisan di dalamnya hanya dalam rangka berbagi pemikiran. Tak ada pretensi mengajari, melainkan saling belajar.

    ——————–
    Kopral Cepot : Hatur tararengkyu Pak, “Saling Belajar” adalah kata yang sungguh berarti bagi kami yang masih muda. Sudah selayaknya kami belajar banyak dari bapak.

  8. nirwan berkata:

    baca postingannya kang kopral sambil dengerin “aku cinta kau dan dia”-nya ahmad dhani… hihihi 😀

    ————-
    Kopral Cepot : 😀

  9. itempoeti berkata:

    itu yg sering saya katakan bahwa bangsa ini mengalami sociopathic hingga melahirkan social disorder.

    itu disebabkan bangsa ini telah kehilangan jiwa ke-Indonesia-annya yang terkandung dalam Pancasila. tak heran jika saat ini kita mengalami kemunduran yg sungguh dahsyat.

  10. Rokimdakas berkata:

    Saya berterimakasih pada Pak Rum Aly yang menyumbangkan ilmunya uamg begitu berharga sehingga mampu memperluas cakrawala pikiran. Saya meyakini apa yang diungkapkan Pak Rum Aly akan bisa melengkapi proses penyempurnaan sejarah bangsa Indonesia.

Tinggalkan Komentar